Kamis, 08 Oktober 2009

Gempa di Tanah Minang


“Pak… Bapak….Ibu…”, tangisan seorang kakak yang melihat desanya ditimpa sebuah musibah. “Apa yang sedang terjadi disini”, sambil menggendong adiknya, dia hanya bisa berlari dan berlari menyisiri sawah yang panjang dan lapang. Setelah merasa capek dan tenaga mulai berkurang karena lelah, dia menoleh ke belakang, tapi tiba-tiba seorang tetangganya berteriak, “Terus…terus lari…gak usah berhenti…”. Tapi sang kakak hanya bisa berlari sampai situ dan menyingkir, “Mas… aku capek…pengen istirahat…Mas pergi duluan gak apa apa”. Sang kakak lalu berhenti dan menuruunkan adiknya. Setelah agak lama beristirahat, mereka lalu berdiri dan memandang dengan pandangan kosong. Adiknya menangis keras. Air mata mulai menetes dari air mata sang kakak. Walaupun begitu, dia berusaha tegar menghadapi kenyataan. Dia seorang kakak. Harus lebih tegar dari adiknya yang masih kecil, dan segera menghapus air matanya yang mulai meleleh seperti lilin yang habis dimakan api. Itulah sebagian cerita dari sepasang kakak beradik yang berhasil selamat dari bencana gempa bumi di Pariangan, Padang Sumatera Barat. Mereka adalah salah satu korban yang selamat dari sebagian kecil korban gempa.
Sedikitnya lebih dari 300 orang lebih yang tertimbun reruntuhan gempa longsoran gempa, tiga dusun yang berada di bawah kaki gunung terendam longsoran gunung yang masih berlumpur karena terjadi hujat yang lama sebelum terjadi gempa. Mereka seperti cacing yang langsung diberi lumpur, tapi ini bukan cacing, melainkan manusia yang tidak bisa hidup di dalam longsoran yang berupa campuran lumpur, pohon-pohon besar dan batu-batuan. Kakak beradik tersebut selamat karena saat kejadian gempa, mereka tidak berada di dalam rumah, mereka sedang mandi di daerah yang jauh dari longsoran. Walaupun mereka selamat, tapi mereka merasa sedih sekali. Karena semua keluarga dan tetangganya dilaporkan tidak mungkin bisa bertahan hidup di bawah longsoran lumpur, dan sejenisnya. Karena sulitnya penyelamatan yang dilakukan. Itulah sebabnya mereka hanya bisa menangis dari kejauhan. Dan terpaku pada tempat mereka berdiri.
Lalu apa yang harus dilakukan bagi kita yang selamat ini. Banyak sekali yang harus dilakukan. Diantaranya

Thingking
Berfikirlah…seandainya kita yang tertimpa bencana, apa yang pertama kali kita butuhkan?? Dari sini pasti kita tahu apa yang mereka butuhkan.


Praying

Jika kita tidak mampu untuk membantu secara langsung. Maka Berdo’ a lah.. karena pada saat itu, mereka sedang dicoba ketabahan mereka oleh Allah SWT. Kita berdo’a agar dimudahkan segala urusan yang berkaitan dengan penyelamatan para korban yang belum dan yang sudah selamat dari bencana.

Doing
Jika kita merasa mampu untuk menyumbang, maka sumbangkanlah segala apa yang kita bisa, seperti bantuan dana(lewat rekening-rekening yang bisa dipercaya, misalnya yang berada di infotaiment, kan biasanya tiap televisi, ato radio pasti menyiarkan tempat-tempat rekening yang bisa dikirim), bantuan logistik atau makanan, atau jika bisa ditambah bantuan obat-obatan. Karena bantuan-bantuan ini yang dibutuhkan pertama kali oleh mereka. Jika tidak bisa maka buatlah sesuatu yang bisa mengingatkan orang lain untuk membantu mereka. Itu juga termasuk dalam memberikan sumbangan, mengajak sesama untuk saling tolong menolong. Seperti : membuat puisi, poster, atau langsung meminta sumbangan langsung kepada orang-orang (tapi harus ada pengorganisasiannya, gak langsung minta-minta ya….). atau juga melalui internet juga bisa. Mudah kan !!!!!

(Raz-Ega)

Tidak ada komentar: